Lelaki paruh baya
itu melangkahkan kakinya dengan lembut mengitari taman menjajakan dagangannya.
Beruntung banyak orang yang sedang berkunjung di taman ini. Langkah kakinya
mengiringi senyumnya yang menggambarkan lelah. Dagangan itu ialah dagangan yang
dibuat sepenuh hati oleh istrinya, untuk keberlangsungan hidup mereka. Di
dagangan terakhir itu, yang bersandar pada nampan yang lusuh, aku melihatmu, membeli
dagangan terakhir tersebut dengan senyum yang hanya kau yang punya. Lelaki itu
terlihat sangat puas dan mulai meninggalkan taman dengan keceriaannya. Dari
lelaki paruh baya itu, mataku mulai beralih kepada dirimu. Wanita dengan rambut
terurai, panjang dan berkilauan. Kecantikanmu bahkan tak terhalangi oleh buku yang
sedang kau pegang sambil kau baca itu. Aku tahu kau tak menunggu seseorang
tetapi hanya sedang merehatkan pikiranmu.
Kamis, 28 April 2016
Minggu, 03 April 2016
Bunga Langit Tanpa Warna
Untuk kekasih yang telah hilang,
Ada yang putih bersih mewarnai langit yang jatuh di pangkuan kekasih
Ada yang bersinar di antara pelangi dan awan hitam yang berhembus di kerangkauan
Engkau yang berdiri tegak, tersenyum tanpa aku tahu
Jika saja mawar yang kau genggam tak layu
'kan ku bias dengan serpihan air mata
Warnamu memudar seperti jatuh dari yang terpendar
Biar saja langit berbicara pada warnamu,
meminjam pelangimu yang telah kau tikam dengan belati kesepian
Kau layu seperti bunga yang menangis di musim kemarau.
Langganan:
Postingan (Atom)